PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SOKOBOYO TAHUN PELAJARAN 2017/2018
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SOKOBOYO TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
Nama : Eka Kurniawati
NUPTK : 7250768669300013
Email : ekakurniawati1990@gmail.com
ABSTRAK
EKA KURNIAWATI. NUPTK. 7250768669300013, Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Sifat-sifat Bangun Datar dan Bangun Ruang pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sokoboyo Tahun Pelajaran 2017/2018.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
ini adalah (1) Untuk meningkatkan
motivasi belajar matematika melalui pembelajaran berbasis masalah pada siswa
kelas V semester
2 SD Negeri 1 Sokoboyo Kecamatan Slogohimo
Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018.
(2) Untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui upaya peningkatan motivasi
belajarnya.
Perbaikan Pembelajaran ini terdiri dari dua siklus,
tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi
dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri 1
Sokoboyo Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018. Teknik analisis data menggunakan
teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Berdasarkan laporan hasil perbaikan pembelajaran ini dapat disimpulkan: (1) Melalui
model pembelajaran berbasis masalah terbukti dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil observasi motivasi
belajar siswa. Pada Pra siklus rata-rata motivasi belajar siswa kriterianya masih sedang (rata-rata nilai 65); pada siklus I rata-rata motivasi
belajar siswa kriterianya tinggi
(rata-rata nilai 70); dan pada siklus II rata-rata motivasi belajar siswa kriterianya sangat tinggi (rata-rata
nilai 81). (2) Peningkatan motivasi belajar siswa melalui
pembelajaran berbasis masalah juga diikuti dengan meningkatnya hasil belajar
siswa kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat terlihat dengan adanya peningkatan nilai
rata-rata kelas yaitu pada pra siklus sebesar 74,81; siklus I naik menjadi 78,33; dan pada siklus II naik menjadi 85,56. Untuk siswa tuntas
belajar dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65, pada tes pra siklus 78 %, tes siklus I 89 % dan pada tes siklus II 100 % siswa sudah mencapai
ketuntasan belajar.
Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis
Masalah, Motivasi Belajar Siswa,
Kata Kunci: Hasil
Belajar Siswa.
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah
satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan formal yang memegang
peran penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Di samping itu, matematika
merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang
keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Matematika bagi pendidikan dasar, pada umumnya tidak
disukai dan ditakuti karena dianggap sukar oleh siswa. Sehingga, hal ini dapat
mempengaruhi perkembangan belajar matematika dan menurunnya motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran matematika.
Kesulitan
belajar matematika terutama disebabkan oleh sifat khusus dari matematika yang
memiliki obyek abstrak. Pembelajaran matematika yang berjalan saat ini
cenderung ditujukan pada keterampilan siswa mengerjakan dan menyelesaikan
soal-soal matematika. Banyak siswa secara individual kurang memahami konsep
matematika yang pada hakikatnya merupakan ilmu deduktif aksiomatis dan
berangkat dari hal-hal yang abstrak, sehingga siswa kurang termotivasi terhadap
pembelajaran matematika.
Proses
pembelajaran matematika ditekankan pada penalaran, pengembangan sikap kritis,
logis, dan keterampilan menerapkan matematika, sehingga siswa harus memiliki
kemampuan memahami konsep matematika sebagai prasyarat utama. Oleh karena itu,
guru sekolah dasar berperan penting dalam menyampaikan konsep-konsep matematika
kepada siswanya yang memiliki taraf konkret. Kesalahan dalam penyampaian konsep
matematika oleh guru berakibat fatal terhadap siswa dalam menghadapi
permasalahan berikutnya yang masih berhubungan dengan konsep tersebut.
Sekarang ini masih banyak
ditemui siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar, terutama di sekolah. Dalam hal ini, guru kurang memperhatikan strategi yang
tepat untuk pembelajaran matematika, sehingga aktivitas belajar siswa di
sekolah masih sangat monoton. Keadaan yang demikian menyebabkan turunnya
motivasi siswa dalam pembelajaran matematika. Rendahnya motivasi tersebut ditunjukkan oleh
rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Hal-hal seperti itulah yang sering
terjadi di sekolah-sekolah, khususnya di kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo.
Berdasarkan fakta di
lapangan, ditemukan fokus permasalahan siswa kelas kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo pada umumnya yaitu kurangnya respon
positif terhadap pembelajaran matematika, sehingga menurunkan motivasi siswa
dalam pembelajaran matematika ini. Fenomena yang sering diperlihatkan oleh
siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika yaitu kurangnya partisipasi secara
aktif dalam proses pembelajaran, siswa cepat melupakan materi pelajaran
meskipun materi tersebut baru saja disampaikan yang mengakibatkan sulitnya
memahami materi selanjutnya. Keadaan
tersebut dapat dikarenakan hal-hal sebagai berikut: (1) Kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika, (2)
Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran matematika, (3) Siswa tidak mempersiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai
walaupun materi yang akan diajarkan sudah diketahui, (4) Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran matematika masih
monoton disebabkan karena motivasi siswa yang rendah.
Timbulnya kondisi di
atas, kemungkinan diakibatkan oleh model pembelajaran matematika yang
diterapkan guru cenderung monoton dan bersifat menyelesaikan materi, sehingga materi yang diterima
siswa kurang bermakna dan tidak mampu mengendap dalam memori siswa. Kelemahan
lain dari pembelajaran matematika adalah guru masih bersifat aktif dan kurang
memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun ide-idenya, siswa hanya
ditempatkan sebagai peserta didik yang sifatnya pasif. Siswa hanya menerima
pendapat dari guru terhadap jawabannya yaitu benar atau salah, dan cenderung
takut salah dalam menyelesaikan soal matematika tersebut. Sehingga
potensi-potensi yang dimiliki sulit dikembangkan yang pada akhirnya siswa
kurang termotivasi dalam proses pembelajaran matematika.
Adanya persepsi bahwa
matematika menjadi momok nomor satu diantara pelajaran yang lain juga dapat
mengakibatkan siswa menjadi kurang tertarik pada pembelajaran matematika. Dalam
hal ini, guru diharapkan merancang pembelajaran matematika, sehingga memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dalam
membangun konsep secara mandiri atau bersama-sama (Nyimas Aisyah, dkk: 2007:
9.20). Pembelajaran matematika sekarang ini kebanyakan hanya menekankan pada
tujuan kognitif saja. Salah satu alternatifnya adalah melalui pembelajaran
berbasis masalah. Dalam setiap kesempatan,
pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai
dengan situasi (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007: 10). Melalui
pembelajaran berbasis masalah diharapkan siswa mampu menjadi pemikir handal dan
mandiri, yang pada akhirnya akan memiliki motivasi tinggi tehadap pembelajaran
matematika.
Pembelajaran
berbasis masalah bukanlah sekedar pembelajaran yang dipenuhi dengan latihan
soal-soal seperti yang sering terjadi di lembaga bimbingan belajar. Dalam
pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan dengan permasalahan yang
membangkitkan rasa keingintahuanya untuk melakukan penyelidikan sehingga dapat
menemukan sendiri jawabannya, dengan mengkomunikasikan hal itu dengan orang
lain. Hal ini memberikan implikasi pada pembelajaran di kelas, termasuk pada
pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika seharusnya dapat menjadi
wahana untuk mengembangkan kecakapan dalam memecahkan masalah, karenanya perlu
ditetapkan model pembelajaran berbasis masalah sejak dini dan secara
berkelanjutan, yaitu sejak sekolah dasar, sekolah menengah, bahkan bila
diperlukan sampai perguruan tinggi.
Motivasi belajar
merupakan hal yang sangat penting bagi pembelajaran di sekolah.
Setidak-tidaknya seorang anak harus memiliki motivasi untuk belajar di sekolah.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan
beberapa indikator. Menurut Hamzah (2006: 31) beberapa indikator tersebut
meliputi: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4)
Adanya penghargaan dalam belajar; (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar; (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Menurut Sardiman (2004:
77), memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk
melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi memiliki kemauan lebih keras. Kegagalan yang dialaminya akan
membangkitkan semangat berusaha lebih giat untuk memperoleh sukses di masa yang
akan datang sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah jika mengalami
kegagalan akan mengakibatkan kemampuannya cenderung menurun, sehingga kegagalan
yang satu akan diikuti oleh kegagalan berikutnya.
Pembelajaran berbasis
masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya
permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik
yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang
nyata (Trianto, 2007: 67). Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan
yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks
(Ratumanan dalam Trianto, 2007: 68).
Menurut Arends dalam
Trianto (2007: 68), pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud
untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan perpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan
percaya diri.
Pembelajaran berbasis
masalah bukan dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan membantu siswa mengembangkan ketrampilan
berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual (Ibrahim dalam
Trianto, 2007: 70). Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu
dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika,
menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya (Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2007: 10).
Dalam pembelajaran
berbasis masalah, tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas,
bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Obyek pelajaran tidak dipelajari dari
buku, melainkan dari masalah yang disajikan.
Masalahan yang akan
diteliti antara lain: (1) Apakah pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo? (2) Apakah dengan meningkatnya motivasi
belajar siswa juga akan diikuti dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo?
Tujuan penelitian adalah:
(1) Untuk meningkatkan motivasi belajar matematika melalui pembelajaran
berbasis masalah pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo. (2) Untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo melalui upaya peningkatan motivasi
belajarnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian perbaikan
pembelajaran ini
dilaksanakan di kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo, Kabupaten Wonogiri. Dimulai pada bulan Maret 2018 sampai bulan April 2018. Pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dilaksanakan
pada waktu proses pembelajaran berlangsung, sehingga ketika mengajar sambil
mengadakan tindakan sesuai pembelajaran berbasis masalah yang telah
direncanakan dan sekaligus diobservasi.
Dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran ini yang
menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo dengan siswa sebanyak 27 siswa,
terdiri dari 17
siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah motivasi
belajar matematika.
Data atau informasi yang
penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah data kualitatif. Data
tersebut berupa informasi tentang motivasi siswa dalam pembelajaran matematika,
hasil observasi, hasil wawancara, dan aktifitas siswa dalam pembelajaran.
Informasi tersebut akan digali dari sumber data yang dapat dimanfaatkan secara
kualitatif dalam penelitian ini, meliputi: (1) Informasi dari narasumber,
narasumber dalam penelitian ini terdiri dari siswa kelas V, guru kelas, kepala
sekolah, serta orang tua siswa; (2) Hasil pengamatan proses pembelajaran
matematika dalam kelas dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah;
(3) Arsip atau dokumen yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa. (4)
Tempat, artinya segala sesuatu yang berada di dalam kelas, maupun di luar kelas
di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran ini peneliti menggunakan beberapa
teknik untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan
adalah sebagai berikut: Observasi, dokumentasi dan tes. Instrumen penelitiannya adalah guru
sendiri sebagai peneliti, dengan alat bantu berupa: (1) Lembar observasi
motivasi belajar siswa, (2) Lembar observasi kegiatan pembelajaran terhadap
guru, (3) Daftar nilai hasil belajar siswa.
Data yang sudah digali,
dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus dimantapkan kebenarannya.
Oleh karena itu penulis harus memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk
mengembangkan validitas data yang telah diperolehnya. Untuk menjamin dan
mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan dua teknik, yaitu: Validitas
isi dan Trianggulasi.
Analisis data penelitian
ini menggunakan analisis model interaktif Milles dan Huberman. Milles dan Huberman
(1992: 20) mengemukakan Kegiatan
pokok analisa model interaktif meliputi: reduksi data, penyajian data,
kesimpulan-kesimpulan: penarikan/ verifikasi.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan, dapat dinyatakan bahwa:
1. Dari hasil observasi motivasi belajar siswa menunjukkan adanya
peningkatan. Pada pra siklus, 22 siswa mendapat kriteria sedang, 3 siswa mendapat kriteria tinggi dan 2 siswa mendapat kriteria sangat
tinggi. Pada siklus I, 12 siswa mendapat kriteria sedang,13 siswa mendapat kriteria tinggi
dan masih 2 siswa mendapat kriteria sangat tinggi. Pada siklus II, 20 siswa
mendapat kriteria tinggi dan 7 siswa mendapat kriteria sangat tinggi. Hasil
tersebut telah sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah di tetapkan. Pada siklus II, 74 % siswa telah mendapat kriteria tinggi dan 26 %
siswa mendapat kriteria sangat tinggi.
2. Dari data-data yang ada dapat disimpulkan bahwa nilai hasil belajar siswa dari
pra siklus, siklus I dan siklus II semakin meningkat, dilihat dari nilai
rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu dari pra siklus 74,81;
siklus I 78,33; dan pada siklus II 85,56. Untuk siswa tuntas belajar dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65, pada tes pra siklus 78 %, tes siklus I 89 % dan pada tes siklus II 100 % siswa sudah mencapai ketuntasan belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo Kecamatan
Slogohimo Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018; (2) Dengan
meningkatnya motivasi belajar siswa kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo Kecamatan
Slogohimo Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018, juga diikuti dengan
meningkatnya hasil belajarnya pada pembelajaran matematika.
KESIMPULAN
1. Melalui model pembelajaran berbasis masalah terbukti dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V semester 2 SD Negeri 1 Sokoboyo Kecamatan
Slogohimo Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi motivasi belajar siswa. Pada pra siklus rata-rata motivasi belajar siswa kriterianya masih sedang (rata-rata nilai 65); pada siklus I rata-rata motivasi belajar siswa kriterianya tinggi (rata-rata nilai 70); dan pada siklus II rata-rata motivasi belajar siswa kriterianya sangat tinggi (rata-rata nilai 81). Siswa yang semula cenderung malas dan tidak bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menjadi lebih
termotivasi dan fokus dalam kegiatan pembelajaran.
2.
Peningkatan motivasi
belajar siswa melalui pembelajaran berbasis masalah juga diikuti dengan
meningkatnya hasil belajar siswa kelas V semester 2 SD
Negeri 1 Sokoboyo
Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri Tahun
Pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat terlihat dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu pada
pra siklus sebesar 74,81; siklus I naik menjadi 78,33; dan pada siklus II naik
menjadi 85,56. Untuk siswa tuntas belajar dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65, pada tes pra siklus 78 %, tes siklus I 89 % dan pada tes siklus II 100 % siswa sudah mencapai ketuntasan belajar.
Hasil penelitian ini memperkuat teori yang menyatakan
bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah,
siswa akan mengidentifikasi terhadap permasalahan yang dihadapi dan siswa akan
berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut. Pembelajaran berbasis masalah pada
pembelajaran matematika ini seperti halnya kegiatan manusia dalam kehidupan
sehari-hari yang bermula
dari pemecahan masalah.
Implikasi
teoretis dari penelitian ini adalah bahwa peningkatan motivasi belajar siswa
melalui pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan
sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran matematika kepada siswa.
Hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan
keefektifan strategi guru dalam pembelajaran dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran sehubungan dengan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar
siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat bagi
siswa.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang
diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu guna dalam menghadapi
permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu penelitian lanjut tentang
upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan motivasi belajar
siswa. Pembelajaran berbasis masalah pada hakikatnya dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama
untuk mengatasi masalah peningkatan motivasi belajar siswa, yang pada umumnya
dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar
Nasional Pendidikan. 2007. Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
Hamzah B. Uno. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
Milles dan Huberman. 1992. Model-model Analisis Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Muhibbin Syah, M.Ed. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.
Nabisi Lapono, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjendikti Depdiknas.
Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjendikti Depdiknas.
Oemar Hamalik. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sardiman A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Karya.
Slamet St. Y. dan Suwarto W.A. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wijayanto M. 2009. Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning dan Cooperative Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Surakarta: UNS Program Pasca Sarjana.
Comments
Post a Comment